Welcome to BigStore!

Cart

Your Cart is Empty

Back To Shop

Cart

Your Cart is Empty

Back To Shop

Si Dompet Nangis di Akhir Bulan? Begini Cara Set a Realistic Budget Biar Hidup Tetap Santuy!

Si Dompet Nangis di Akhir Bulan? Begini Cara Set a Realistic Budget Biar Hidup Tetap Santuy!

Halo, Sobat Cuan yang hobi mendadak kaya di tanggal gajian dan mendadak miskin di tanggal tua! Siapa di sini yang budgeting-nya lebih mirip ilusi optik? Awal bulan semangat 45, bikin anggaran seolah-olah besok mau jadi crazy rich. Eh, baru seminggu, angkanya sudah bolong sana-sini kayak jaring ikan. Ujung-ujungnya, dompet nangis kejer di pojokan, dan kamu cuma bisa makan mi instan sambil scroll timeline liburan teman. Nah, ini dia saatnya kita tobat! Mari kita bahas cara Set a Realistic Budget yang nggak bikin kamu tersiksa. Ingat ya, anggaran realistis itu bukan cuma tentang menahan diri, tapi tentang hidup enak tanpa rasa bersalah!


 

1. Jujur pada Diri Sendiri (Level: Ekstrem)

 

Langkah pertama ini adalah langkah tersulit: Jujur tentang ke mana saja uangmu kabur. Ambil laporan rekening 3 bulan terakhir. Keyword fokusnya: kenali pola pengeluaran. Jangan cuma lihat yang besar-besar, tapi perhatikan juga pengeluaran “siluman” yang kecil-kecil tapi rutin.

Misalnya, kopi susu kekinian yang harganya setara bensin motor. Kalau kamu beli setiap hari, dalam sebulan bisa-bisa setara cicilan smartphone. Catat semuanya! Jangan bilang, “Ah, itu kan cuma sekali-sekali,” padahal “sekali-sekali”-nya itu hampir tiap kamu lewat kedai kopi. Kalau perlu, kasih nama kategori pengeluaranmu dengan jujur: “Investasi Kebahagiaan Semu (Kopi)”, “Dana Darurat Kencan Online”, atau “Biaya Perawatan Mental (Jajan Malam)”. Dengan begitu, kamu akan terkejut melihat seberapa “dermawan” dirimu pada hal yang sebenarnya nggak kamu butuhkan.


 

2. Bedakan ‘Wajib’, ‘Butuh’, dan ‘Ingin’ (Metode Tiga Malaikat)

 

Setelah jujur, sekarang saatnya klasifikasi. Anggap saja ini sesi pengadilan keuangan. Kita bagi jadi tiga kategori suci:

  • Wajib (50%): Ini adalah biaya hidup pokok yang kalau nggak dibayar, hidupmu tamat. Contoh: sewa/cicilan rumah, tagihan listrik, air, internet (yang ini wajib, demi kerja dan streaming), dan budget makanan yang benar-benar untuk hidup, bukan untuk self-reward setiap hari.
  • Butuh (20%): Ini adalah biaya untuk mencapai tujuan finansialmu. Keyword-nya: dana darurat dan tabungan/investasi. Ingat, dana darurat itu penting. Kalau nggak ada, saat kompor meledak atau motor mogok, dompetmu yang akan meledak duluan. Alokasikan ini minimal 20% sebelum kamu foya-foya!
  • Ingin (30%): Nah, ini surganya pengeluaran. Gaya hidup, jajan boba, skin care mahal, langganan platform streaming yang kamu tonton cuma 15 menit, sampai self-reward berupa barang-barang lucu yang berakhir jadi pajangan. Alokasikan maksimal 30%. Kalau sudah mentok di 30%, ya sudah, jangan nambah lagi! Mau nangis di kasir pun, aturannya tetap 30%. Anggaran ini yang membuat budgeting realistis, karena kita nggak melarang senang-senang, cuma membatasi porsinya.

 

3. Realistis Itu Fleksibel, Bukan Kaku Kayak Kayu Balok

 

Banyak orang gagal budgeting karena terlalu kaku. Mereka membuat anggaran yang sempurna di atas kertas, tapi nggak bisa dijalankan di dunia nyata. Budget yang baik itu harus fleksibel. Misalnya, bulan ini kamu ada kondangan tiga kali, otomatis pengeluaran untuk ‘Ingin’ (beli kado dan outfit baru) pasti melonjak.

Keyword utamanya: fleksibilitas. Ketika satu pos pengeluaran membengkak (misalnya, biaya tak terduga karena sakit), jangan panik. Ambil dari pos yang lain, yaitu pos ‘Ingin’ atau ‘Gaya Hidup’. Jangan pernah menyentuh pos ‘Wajib’ atau ‘Butuh’ (dana darurat/tabungan)!

Ingat: Anggaran realistis itu adalah peta, bukan penjara. Kalau melenceng sedikit, nggak apa-apa, asal kamu tahu cara balik ke jalurnya. Evaluasi di akhir bulan: “Kenapa pos kopi susu saya tembus 400% dari budget? Oh, ternyata saya sedang banyak drama kantor.” Jujur lagi, lalu perbaiki untuk bulan depan.


 

4. Jaga Konsistensi (Walau Godaan Lebih Kuat dari Iman)

 

Setelah semua angka tertulis rapi, tantangan berikutnya adalah konsistensi. Jangan anggap budgeting itu tugas bulanan yang dikerjakan sekali lalu lupakan. Kamu harus melacak setiap pengeluaran. Zaman sekarang sudah banyak aplikasi yang membantu, jadi nggak ada alasan lagi untuk malas mencatat.

Keyword penutup: evaluasi rutin. Cek mingguan, atau bahkan harian. Kalau sudah mau habis https://ajijava.com/ batas anggaran untuk kategori ‘Ingin’, segera rem. Anggap saja setiap rupiah yang kamu keluarkan itu mengirimkan sinyal bahaya ke dompetmu.

Membuat anggaran realistis itu memang proses yang panjang dan penuh drama. Mungkin awalnya kamu akan merasa tercekik. Tapi percayalah, begitu kamu terbiasa, kamu akan merasa bebas dan berkuasa atas uangmu sendiri. Kamu nggak perlu lagi sembunyi dari tagihan atau takut melihat saldo rekening. Uangmu akan jadi pelayan setiamu, bukan majikan yang menyuruhmu makan mi instan di tanggal 25!

Bagaimana, sudah siap berhenti jadi budak uang dan mulai jadi manajer keuangan yang realistis, sekaligus tetap bisa jajan boba tanpa rasa bersalah?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Cart

Your Cart is Empty

Back To Shop